MEDAN|
Tim Ditnarkoba Bareskrim Mabes Polri bekerjasama dengan Ditresnarkoba Polda Sumut kembali mengungkap jaringan narkoba internasional (Malaysia-Aceh Tamiang-Jakarta) yang berdomisili di Kota Medan.Dari dua lokasi pengungkapan, yaitu di Perumahan Pondok Surya 2 Nomor 94 dan Jalan Pringgan Gang Rambutan, diringkus seorang bandar narkoba, Husni.
Kemudian dari hasil introgasi, polisi meringkus Azhari alias AL yang tinggal di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, dalam jaringan ini, ia berperan sebagai koordinator transportasi dan distribusi.
“Husni dan AL sudah berkawan lama, mereka anggota sindikat narkoba jaringan internasional,” kata Dir IV Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri, Brigjen Eko Daniyanto didampingi Waka Polda Sumut Brigjen Pol Agus Andrianto, Kamis (23/3/2017).
Menurut Eko, kasus ini masih terus dikembangkan. Barang bukti yang disita adalah dua bungkus pil Happy Five (H5), sepucuk AK-47 lipat dan revolver SMW, 250 butir peluru kaliber 5,6, pisau komando dan buku tabungan.
Kemudian, empat mobil jenis Toyota Harrier, Mitsubishi Pajero, Outlender, Honda Jazz, dan sepeda motor roda dua jenis Harley Devidson pun ikut disita.
Tewas Ditembak
Usai meringkus Azhari di Aceh Tamiang, kedua tersangka dibawa kembali menuju Medan. Namun saat melintas di perbatasan Pangkalan Berandan, kedua bandar itu melakukan perlawanan dan mencoba kabur.
“Kedua pelaku melawan petugas, terpaksa kita ambil tindakan tegas,” ujar Waka Polda Sumut Brigjen Pol Agus Andrianto.
Menurutnya, Husni membelanjakan hasil kejahatannya dengan membeli sejumlah tanah, tambak, rumah, dan kendaraan mewah. Sedang Azhari membeli 3 hektar lahan sawit.
Agus mengatakan, Husni bukan pemain baru. Dia residivis Polrestabes Medan dengan kasus yang sama. Dia divonis hakim Pengadilan Negeri Medan dengan hukuman 6 tahun 5 bulan penjara, setelah bebas dia kembali berbisnis narkoba.
Husni adalah warga Aceh. Dia bandar narkoba sekaligus pemodal sabu dan ekstasi. Sedangkan Azhari bertugas membeli barang haram itu ke Malaysia lewat jalur laut.
Dari Port Klang atau Penang, sambung Agus, dia menuju Aceh. Lalu kapalnya bersandar di pelabuhan kecil di Aceh Tamiang. Setelah itu, dia bawa sabu dan ekstasi tersebut ke Medan, Jakarta sampai pulau Jawa.
“Kedua bandar ini memilih jalur laut untuk memasok sabu dari Malaysia. Jalur yang dilintasi adalah Port Klang dan Penang,” ucap Agus yang pernah bertugas selama enam tahun di Polres Aceh Utara itu.
Soal temuan AK-47, Agus menjelaskan, ada indikasi pelaku mendapatkannya dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM).“Keterlibatan GAM di jaringan ini akan kita telusuri,” ungkapnya.(red)
Berita Terkait
Komentar Anda