Puluhan Siswi Nigeria Korban Penculikan Kembali ke Sekolah

/ Jumat, 12 Mei 2017 / 22.50


ABUJA - Sebanyak 24 siswi yang menjadi korban penculikan oleh kelompok agama militan dari Kota Chobok, Nigeria timur laut akan kembali ke sekolah pada September 2017 mendatang.

Mereka merupakan bagian dari 270 anak perempuan yang diculik pada April 2014 lalu dan baru ditemukan 2016. Sementara itu, ke-82 anak perempuan, yang dibebaskan oleh Boko Haram pada Sabtu lalu setelah disekap selama tiga tahun, masih menunggu untuk dipersatukan lagi dengan keluarga mereka, kata Juru Bicara Presiden, Garba Shehu, Jumat (12/5/2017).

Mereka yang kembali ke sekolah itu terdiri dari 21 anak perempuan yang dibebaskan Oktober lalu melalui kesepakatan hasil perantara Komite Internasional Palang Merah beserta tiga lainnya yang berhasil kabur atau diselamatkan.

"Pemerintah sedang mempersiapkan anak-anak perempuan ini untuk kembali ke sekolah pada September tahun ini karena mereka sudah banyak ketinggalan pelajaran," kata Garba Shehu.

Sementara 82 anak perempuan yang dibebaskan pada Sabtu lalu belum akan kembali bersekolah pada September karena mereka masih menjalani penangan medis dan psikologis di ibu kota negara, Abuja. Rangkaian perawatan itu akan berlangsung selama dua atau tiga minggu, kata pemerintah melalui Twitter.

Pada Sabtu, 82 anak perempuan dibebaskan sebagai pertukaran atas anggota-anggota Boko Haram yang ditahan. Kelompok itu telah menewaskan 15.000 orang sejak 2009 dalam pemberontakan dengan tujuan untuk membangun kekhalifahan di daerah timur laut.

Menteri urusan perempuan, Aisha Jummai Alhassan, mengatakan kepada para wartawan bahwa foto-foto para anak perempuan yang dibebaskan dari penculik telah dikirimkan kepada keluarga-keluarga mereka di Chibok untuk dikenali.

Menteri Aisha mengatakan, pemerintah bersikap hati-hati menyangkut siapa yang diberi izin untuk menemui ke-24 anak perempuan yang bebas dari penyekapan itu. Anak-anak itu saat ini berada di Abuja untuk menjalani program pemulihan.

"Para orang tua #Chibokgirls bebas untuk mengunjungi anak-anaknya kapan pun. Kami tidak akan mencegah mereka menemui putri-putrinya," kata Aisha seperti dikutip pemerintah melalui Twitter.


Source

Berita Terkait

Komentar Anda