Pahitnya Kehidupan Antarkan DL Sitorus 'Rebut' Kesempatan Hidup

/ Selasa, 08 Agustus 2017 / 18.49
Medan :
Ternyata kisah hidup yang pahit semasa kecil yang menempah DL Sitorus atau pemilik nama lengkap Darianus Lungguk memaksanya untuk merebut kehidupan yang sukses itu baginya. Bukan kebanyakan orang, mewarisi kekayaan atau ketenaran orangtuanya.

Bukan saja terancam makan, melainkan juga secara golongan ataupun kelas kerap diolok-olok temannya. Di masa kecilnya, DL diejek dan dicerca bahkan tak jarang disebut sebagai 'Anak Ni Hatoban' (bagi suku Batak, posisi ini adalah posisi yang tergolong paling rendah secara kelas sosial di tengah masyarakat) atau Anak Pembantu.‎ Kala itu DL dan ibunya tinggal menumpang di bagian belakang rumah induk semangnya. Bisa dikatakan, mereka tinggal di dapur atau belakang rumah itu.

Demikian sepenggal kisah DL yang dicuplik, Minggu (6/8) malam, dari status akun media sosial atas nama 'Yusniar Silalahi' di Group Sahabat Sejati (GSS), yang menyampaikan permintaan dari Yonge L.V. Sihombing kepada para awak media agar bersedia mempublikasikan artikel singkat tentang DL Sitorus.

Screenshot status 'Yusniar Silalahi' yang diunggah di GSS.

"Yth. Teman2 Media. Boleh minta tolong utk dipublis artikel singkat saya ttg D.L. Sitorus. Judul: D.L. Sitorus dalam Ingatan. Oleh Yonge L.V. Sihombing, SE, MBA."‎ demikian tertulis di awal status yang diunggah 'Yusniar Silalahi', pada Minggu (6/8) pagi.


Selanjutnya, bagian A. Latar Belakang

Sutan Raja Darianus Lungguk Sitorus, yg lebih dikenal dgn sebutan D.L. Sitorus, lahir 12 Maret 1938, di sebuah desa terpencil bernama Parsambilan, kec. Silaen, Toba Samosir, Sumut. Anak tunggal (anak sasada). Sejak kecil sdh ditinggal oleh sang bapa, karena meninggal dunia. D.L. Sitorus adalah anak yatim.

Ketika saya mewawancarai almarhum, pada tahun 2000, di kantor PT. Torganda Jl. Iskandar Muda, almarhum pernah bercerita tentang kisah perjalanan hidupnya kepada saya (Yonge Sihombing), bahwa almarhum hidup dalam kepahitan.

D.L. Sitorus, bercerita, bahwa dia selalu diejek, dicerca teman2 masa kecilnya dgn sebutan anak 'hatoban' (anak pembantu). Memang, diakuinya bahwa ibunya bekerja membantu di ladang orang, utk mendapatkan upah, utk membeli beras, dan kebutuhan lainnya.

D.L. Sitorus, berkata, tak sanggup mendengar ejekan, dan cercaan tsb. Kadang kala org2 dewasa dan org tua disekitar rumahnya, berkata demikian.

D.L. Sitorus juga bercerita bahwa mereka tinggal di sebuah rumah, dimana mereka menempati bagian belakang rumah tsb. Artinya, mereka tinggal 'menompang' di bagian dapur rmh tsb.

D.L. Sitorus, pernah bercerita bahwa dia tdk tahu apa arti anak pembantu atau anak hatoban. Maklum, saat itu saya masih kecil.

Tapi, sesekali ibu saya mendengar ejekan itu. Dan, ibu saya terdiam, tampak seakan marah, tapi tak kuasa berbuat apa2.

Suatu hari, kata D.L. Sitorus dalam ceritanya ke saya, D.L. bertanya kpd sang ibu. Oma (ibu), apa arti anak ni hatoban. Ibu saya, tersenyum, dan tdk menjawab, tapi justru memeluk saya, kata D.L.

D.L. Sitorus, pun serasa gk ada masalah dgn ejekan teman2nya.

Karena terus menerus ejekan tsb, kata D.L, akhirnya membuat saya ingjn tau artinya dari ibu. Satu ketika ibunya berkata, ibu tdk usah menjawab, suatu saat nanti kamu akan tahu.

Tak lama setelah itu, ibunya memutuskan utk pindah ke P. Siantar, dan membawa D.L. Sitorus, dan akhirnya D.L. sekolah hingga SMU di Siantar.

Setelah lulus dari sekolah SMU, D.L. minta ijin utk merantau ke Jakarta, tapi sang ibu tdk mengijinkan. Ibunya berkata. "Hanya kau nya hidup ku, hanya kau nya hartaku', lalu D.L. pun mengurungkan niatnya utk merantau.

Tapi, setelah beberapa waktu, D.L. bermohon kembali kepada ibunya utk diijinkan merantau. Dan, dgn berat hati, sang ibu pun mengijinkan permohonan D.L. utk merantau ke Jakarta.

D.L. akhirnya pergi merantau, dan meninggalkan sang ibu yg amat sangat disayanginya.

D.L. bercerita ke saya, sejak dia meninggalkan sang ibu, sejak itulah air mata seakan tak pernah absen dlm hidupku.

Pelukan dan air mata, serta lambaian tangan ibu ku, tergiang terus dalam hidupku.

Sesampai di Jkt, D.L. bekerja sbg buruh kasar, di Tanjung Periok Jkt, dan berkat kegetiran, kepahitan, hidup yg dialaminya, mengajarkan D.L. utk tabah, tahan menderita, kerja keras, seraya berdoa, dan mengingat poda dan nasehat ibu nya.

Waktu terus berjalan, D.L. semakin dewasa, dan berumahtangga, serta memiliki anak.

Tak diimpikan, tak direncanakan, akhirnya berkat Tuhan datang, dan terus datang dlm hidupku.

Usaha pun tumbuh dan berkembang pesat, dan tampil sebagai pengusaha papan atas secara nasional.

Mulai dari perkebunan, pendidikan, perbankan, perhotelan, perdagangan, perumahan, rumah sakit tumbuh bagai bunga bakung.

D.L. pun semakin yakin, dengan doa, pelukan, rintihan sang ibu, bahwa anak sasada, anak yatim menjadi saluran berkat bagi byk org.

Puluhan ribu org, bekerja di perusahaan D.L.

Hasil usaha pun, disalurkan utk membantu keluarga,  membangun kampung halaman, membangun tobasa, sumut, bahkan nasional.

Ratusan juta bahkan miliaran rupiah digelontorkan utk kegiatan sosial, membangun rumah ibadah. D.L. sang dermawan tanpa pamrih.

Tak berhenti, D.L. pun bangkit dan mendirikan partai politik (PPRN), yg juga berhasil menghantar para pimpinan daerah dan pusat, utamanya di poisisi wakil rakyat.

Krismon 1998, ekonomi nasional rontok, hampir semua usaha besar, sedang runtuh, tapi berbeda dgn D.L. Sitorus. Justru disaat krismon, D.L. menuai dollar, karna ekspor minyak sawit.

Saya berkesempatan mewawancarai beliau thn 1999, dan saat itulah saya menulis di harian SIB dgn judul ,: D.L. Sitorus Menuai Dollar Saat Krismon.

Pada hari Kamis, 3 Agustus 2017, sontak sumut terkejut, mendengar kabar meninggalnya D.L. Sitorus. Informasi pun beredar melalui medsos dan media massa.

Bangso batak kehilangan. Bangso batak menangis. Bangso batak me genang.

D.L. Sitorus telah pergi ke rumah bapa di sorga, dia telah tiada, tapi karya dan bhaktinya akan selalu diingat dan dikenang.

Saya setidaknya, salah satu yg akan mengingat dan mengenang karya dan bhakti beliau, meski saya tdk secara langsung menerima manfaat dari kesuksesan D.L. Akan tetapi, apa yg diperoleh oleh warga sumut, khususnya bangso batak, saya sdh merasa turut berbahagia.

Selamat jalan Pak D.L.

Saya menyebut dan menamai bpk sebagai :

1. Enterpreneur sejati.

2. Penyedia lapangan kerja, peretas pengangguran dan kemiskinan.

3. Pendidik walau bukan berpendidikan tinggi.

4. Misionaris meski bukan pendeta.

5. Filantropi,

Terimakasih.

Mohon teman2 berkenan mempublikasikan dan mengeditnya utk semakin baik tulisan ini.

Dari Yonge L.V. Sihombing, SE, MBA staf ahli ketua DPRD Sumut. Mantan wartawan. Horas. Juah juah. Yahobu. Aloi. Maturnuon.

Demikian status 'Yusniar Silalahi' yang diunggah di media sosial, Group Sahabat Sejati  (GSS).

 

Source

Berita Terkait

Komentar Anda