PENYANDERAAN WARGA PAPUA OLEH KELOMPOK KRIMINAL BERSENJATA, KWARNAS GERAKAN PRAMUKA KECAM KERAS

/ Kamis, 16 November 2017 / 20.01
Dikabarkan sebanyak 1.300 warga Desa Banti dan Desa Kimbely, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault menilai,  Pemerintah lewat TNI, POLRI dan tokoh-tokoh masyarakat sudah banyak melakukan langkah-langkah persuasif. Terbukti,  sudah banyak pula mantan anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang kembali ke Ibu Pertiwi NKRI. Ia mengingatkan masyarakat dan NGO, jangan kaget jika TNI dan POLRI melakukan tindakan tegas mana kala OPM atau kelompok kriminal bersenjata (KKB) menembak hingga jatuh korban.

“Sudah banyak mantan anggota OPM kembali ke NKRI, upaya-upaya persuasif, dialog dari TNI, POLRI, tokoh masyarakat sudah membuahkan hasil. Namun jika OPM atau KKB menggunakan senjata yang menyebabkan jatuhnya korban dari TNI, POLRI ataupun warga, kami mendukung TNI dan POLRI mengambil tindakan yang lebih tegas," ujar mantan Ketua Umum KNPI ini di Jakarta Selatan, Rabu (15/11).

Kwarnas Gerakan Pramuka juga mengecam aksi penyanderaan warga oleh KKB. Adhyaksa mendukung langkah-langkah pemerintah, karena memang pemerintah wajib melindungi warga negara Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dia juga mengapresiasi berbagai upaya persuasif yang tanpa kenal lelah dilakukan oleh TNI dan POLRI, dan mengimbau agar Organisasi Papua Merdeka kembali ke NKRI. “NKRI ini nikmat tiada tara, tidak asyik, tidak lengkap sebuah acara nasional tanpa kehadiran salah satu dari provinsi di NKRI, termasuk Papua. NKRI wajib kita wariskan utuh kepada generasi penerus," tambah Adhyaksa.

Disinggung mengenai peran Pramuka, Adhyaksa menjelaskan Pramuka itu perekat NKRI dengan berbagai kegiatan lapangan yang mempersatukan generasi muda dari seluruh wilayah NKRI.

“Tahun 2016 kita adakan Jambore Nasional, pesertanya 25.000 Pramuka (usia 11-15tahun) dari seluruh kota/kabupaten di Indonesia. Tahun 2017 kita adakan Raimuna Nasional, pesertanya 15.000 Pramuka (usia 16-25 tahun). Kegiatan ini dibuka Presiden Jokowi, dihadiri Ibu Megawati, Panglima TNI, KASAD, KASAL, KASAU, KAPOLRI, dll. Kita adakan juga LT-V yang mempertemukan 528 Pramuka terbaik hasil seleksi ketat dari seluruh Indonesia,” terangnya.

Menurut Adhyaksa, meskipun persiapannya panjang dan tidak mudah, namun kegiatan lapangan seperti penjelajahan, halang rintang, napak tilas, perkemahan, sangat efektif untuk merekatkan anak muda. Yang mengadakan perkemahan tidak hanya pusat atau Kwarnas, namun juga seluruh Kwarda, Kwarcab, Kwarran, Gudep, Saka, dan lain-lain.

“Kalau anda ke Cibubur saat Jambore Nasional, Raimuna Nasional, LT-V maka anda tidak hanya melihat miniatur Indonesia, namun juga masa depan Indonesia. Ribuan Pramuka hidup di tenda-tenda perkemahan selama seminggu, mereka saling kenal-mengenal di alam terbuka, tertawa, bernyanyi, berlari, berbaris, bertukar alamat. Pulang dari perkemahan mereka bikin tagar #KembalikanKamiKeCibubur di media sosial. Itulah salah satu peran Pramuka sebagai perekat NKRI,” jelas Menpora periode 2004-2009 ini.
Komentar Anda

Berita Terkini