TOPINFORMASI.COM, Kelangkaan elpiji subsidi beberapa bulan belakangan hingga harga terpantau melambung jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan PT Pertamina (Persero) dan Pemerintah Provinsi Sumut maupun kabupaten/kota.
Kini malah mencuat prilaku miris beraroma pengoplosan elpiji subsidi. Parahnya pun, muncul oknum polisi diduga oplos elpiji di lingkungan Polda Sumatera Utara, yang syogianya selaku institusi mengawasi dan menindak para pelaku penyalahgunaan kebutuhan rakyat miskin itu.
Tak hanya itu, para pengusaha hitam lainnya yang diduga oplos elpiji subsidi juga menguap, bahkan disebut-sebut dibekingi oleh oknum-oknum polisi berpangkat perwira di institusi bhayangkara paling wahid di Sumut itu.
Setidaknya itu terungkap dari investigasi reporting dan keterangan salahseorang yang namanya minta tidak dicatut di media ini, hingga Rabu (26/7). Bermula dari, Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, terpantau warga kesulitan memperoleh elpiji 3 Kg.
Warga di kabupaten salahsatu lingkar Kota Medan itu mengeluh kalau harga elpiji subsidi melambung jauh. “Biasanya di sini harganya Rp17 ribu, tapi sekarang sudah mencapai Rp20. Itupun payah dicari barangnya,” ungkap Sahrial salahsatu warga Sei Rotan, sambil menenteng tabung elpiji warna hijau namun kosong itu.
Tapi lanjut Sahrial, di Sei Rotan ini ada pangkalan yang tiap hari masuk truck warna merah membongkar elpiji, seperti di Gang Mandor Jono milik berinisial NN dan di tepi pasar Jalan Medan Batang Kuis berinisial SY.
Namun, waktu didatangi warga untuk membeli elpiji, mereka malah mengaku tak jual eceran. “dan Anehnya, dari gudang pangkalan eplpiji itu malah keluar tabung-tabung berukuran 12 Kg dan 50 Kg, padahal truck pembawa elpiji non subsidi tak pernah masuk ke pangkalan tersebut,” jelas Sahrial.
Terkait hal itu, ketika dikonfirmasi Suyatmi (SY) melalui seluler mengaku kalau pihaknya juga kesulitan mendapatkan elpiji subsidi. “Kalau kelangkaan epiji bukan cuma di sini sampai di Kota Medan dan kota-kota lainnya,” jelas Suyatmi
Tapi, lanjut Suyatmi, warga di sini tak ada yang mengeluh masih bisa terpenuhi kebutuhan elpiji mereka. “Warga di sini tak ada yang mengeluh bang, cobalah datang kemari,” jelasnya.
Sementara, ketika disambangi pangkalan NN, langkah wartawan terhenti, sebelum memasuk Gg. Mandor Jono, salahsatu warga bercelana panjang warna coklat dan berjaket gelap, memanggil wartawan.
“Bang kamu wartawan ya, saya sering lihat kamu di lapangan,” bilang salah seorang yang kemudian menunjukkan identitasnya namun namanya minta tak ditulis di media online ini.
“Betul bang,” jawab wartawan sekenanya. Begini, lanjut pria bercelana coklat dan berjaket hitam itu. “Kurasa kita sama-sama investigasi kelangkaan elpiji inikan,” bilangnya membuka diri.
Melihat kondisi warga hari ini, sangat prihatin, mereka susah mendapatkan elpiji 3 Kg. “Namun bagi pengusaha-pengusaha hitam itu mereka tak peduli, malah mereka lancar-lancar saja “oplos” elpiji subsidi,” ungkapnya.
“Abang pun pasti taulah, kalau pangkalan milik NN ini, diduga kuat melakukan pengoplosan cuma mungkin photo dan rekam video pengoplosan saja yang tak bisa kalian dapatkan untuk jadi bukti karena memang gudangnya di kunci rapat. Iyakan,” ungkapnya memastikan pangkalan NN.
Begini, lanjut pria itu, banyak gudang atau pangkalan di Sumut ini yang terbilang “raksasa-raksasa” diduga oplos elpiji, namun tak tersentuh hukum, “Jangankan penegak hukum makhluk halus pun sudah takut kepada mereka,” bilangnya bernada bergurau namun memastikan sinyalemen kalau para pegoplos bekingnya kuat.
Disebutnya, NN itu ‘upetinya’ cukup bagus, dia bukan pemain berondok-berondok. “Banyak oknum perwira di lingkungan Polda Sumut diduga kuat menikmati duit NN,” cetusnya.
"Kalau di Sei Belutu itukan ‘pemain’ lama, tapi kabarnya sudah pensiun jadi pemain karena tersandung kasus dugaan penipuan. Tapi kabarnya masih main diatasnamakan familinya dan pindah ke daerah Amplas," ungkapnya.
Yang di Komplek Industri Medan (KIM), itu milik oknum OKP juga masih beroperasi dan kabarnya ini, diduga dibekingi oknum di dua institiusi yakni Polda dan Tentara. “Kalau ini skala mainnya untuk daerah belawan dialah jonggolnya,” ulasnya.
Parahnya lagi, terang pria itu, ada dua pangkalan yang diduga mengoplos milik oknum polisi bertugas di Ditreskrimsus Polda berpangkat brigadir berinisial RZ, “Lokasinya beralamat di Gg. Harapan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang,” terangnya.
Sedangkan yang di jalan veteran Marelan, gudang berkedok pangkalan yang juga milik oknum polisi berpangkat brigadir adalah RJ juga diduga kuat melakukan pengoplosan. “Mereka ini semua anak main dari oknum perwira-perwira di Polda Sumut,” jelasnya.
“Gudang-gudang mereka ini semua bukanlah pangkalan resmi, namun pangkalan itu hanya kedok, mereka mendapatkan elpiji 3 Kg dari berbagai PT yang merupakan Distributor PT Pertamina. Dan inilah salahsatu yang menyebabkan kelangkaan elpiji, karena hamper 70 persen distributornya juga diduga memasok elpiji ke para pengoplos,” cetusnya.
Dia juga menabahkan, kalau dirinya mau membongkar ini kepada awak media harapannya, adalah agar para petinggi itu sadar, kalau kini masyarakat lagi sulit. (Red)